12 December 2008

Satu Miliar Orang Terancam Presbyopia

Lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia pada 2005, diperkirakan, terserang "presbyopia", atau gangguan yang berhubungan dengan usia dalam melihat benda pada jarak dekat.

Selain itu sebanyak 410 juta orang berada dalam kondisi tak dapat melakukan tugas yang mengharuskan pandangan dekat, demikian satu laporan di dalam jurnal AS Archives of Ophthalmology, terbitan Desember.

Para peneliti di University of New South Wales di Australia meramalkan bahwa prevalensi "presbyopia" di seluruh dunia akan naik jadi 1,4 miliar orang paling lambat 2020 dan 1,8 miliar orang pada 2050.

"Presbyopia" terjadi bersamaan dengan bertambahnya usia, saat lensa mata kehilangan kelenturan dan kemampuan untuk memusatkan perhatian pada benda dalam jarak dekat, kata laporan tersebut.

"Meskipun demografis penduduk dan psikologi yang diketahui menunjukkan bahwa 'presbyopia' biasa terjadi atau hampir universal pada orang yang lebih tua dari 65 tahun, perkiraan langsung mengenai prevalensi jarang dilakukan," kata para penulis tersebut seperti dilaporkan Xinhua.

"Jumlah total orang yang menderita 'presbyopia' sangat menarik, sebagai tanda bagi jumlah perhatian terbesar kesehatan masyarakat: jumlah orang dengan daya pandang yang tak seimbang akibat 'presbyopia' yang tak benar atau di bawah kebenaran dan dampak pada jiwa mereka."

Mereka menganalisis banyak survei untuk memperkirakan prevalensi global mengenai "presbyopia", serta angka yang menunjukkan kondisi tersebut diperbaiki dan ketidak-seimbangan daya pandang yang disebabkannya jika keadaan tak diperbaiki.

Mereka kemudian menggunakan Bank Data Internasional dari Biro Census AS untuk meramalkan kemungkinan perkiraan bagi masa depan.

Dengan menggunakan proyeksi dari jajak pendapat itu, para peneliti tersebut memperkirakan bahwa 1,04 miliar orang secara global menderita "presbyopia" pada 2005, 517 juta dari mereka tak memiliki kacamata atau kacamata yang tak sesuai.

Perkiraan tersebut dilandasi atas keterangan terbaik yang ada, tulis para peneliti itu. "Lebih banyak penelitian epidemiologi mengenai 'prebyopia' diperlukan untuk mengurangi perkiraan dan generalisasi yang diperlukan bagi perkiraan global yang lebih baik," kata para peneliti tersebut.

"Saat makin banyak data tersedia, gambaran yang makin akurat mengenai beban 'presbyopia' akan muncul," tulis mereka.

Sumber : Antara.Co.Id


No comments:

Post a Comment